Sunday, June 22, 2008

CERITA 3 Anak SULUNG

Friday, December 07, 2007

Jadi anak sulung itu no doubt tidak mudah. Kita semua tahu bahwa sudah menjadi kebiasaan bahwa anak sulung kerap harus tumbuh menjadi panutan adik-adiknya. Kerap juga kita dengar anak sulung membantu orang tua kerja. Yang lebih jauh lagi, beberapa anak sulung tidak sekolah, membantu ibu di sawah agar adik-adiknya dapat sekolah. Para adik jadi insiyur dan si sulung tetap menjadi petani.

Tidak perlu sejauh itu, kita bisa lihat di kehidupan dekat kita sendiri. Masing-masing dari kita kalo gak punya kakak sulung, ya jadi anak sulung itu sendiri. Sulitnya selain menjadi panutan adalah, harus sabar. Harus berbagi banyak hal dengan si kecil karena orang tua berpikir tidak perlu beli 2 barang yang sama untuk 2 anak yang beda.

Tapi ada satu hal yang gua lihat jarang dibahas. Yaitu bahwa pembentukan karakter si sulung oleh orang tua. No doubt bahwa semua orang tua ingin mendidik anaknya dengan benar. Gua belum pernah nemu orang tua yang niat ngedidik anaknya dari kecil jadi orang jahat. Jika kita berangkat dari asumsi bahwa semua orang tua niat mendidik anak dengan benar, bermental baik, menjadi bibit yang unggul, lantas kenapa di dunia ini ada orang yang sukses dan ada yang tidak? Kenapa ada yang benar-benar menjadi bibit unggul, ada yang biasa saja, ada yang jadi tidak mandiri, dan malah ada yang menyusahkan orang tua?

Padahal niat semua orang tua itu sama, mendidik anak mereka agar menjadi orang yang baik bagi masyarakat. Then there must be something wrong here.

Kemudian ada lagi pertanyaan. Jika memang semua anak sulung terdidik sabar, bermental tauladan dan lainnya, lantas kenapa dari semua deretan pemimpin yang terkenal, tidak semua sulung? Deretan manusia-manusia luar biasa sepanjang masa lahir ada yang sulung, ada yang bungsu, ada anak tengah, malah ada yang anak tunggal. Kenapa gak semua pemimpin di dunia ini anak sulung? Yang katanya terbiasa memimpin dan menjadi tauladan dari kecil?

Cerita 3 Anak Sulung
Untuk mencari jawabannya, gua mau cerita masa kecil gua dulu ketika gua lahir di Medan. Ceritanya orang tua gua kerja di kilang minyak lepas pantai di medan beserta 3 orang engineer lainnya. Kita sebut saja mereka Pak AA, Pak BB, Pak CC dan bokap. Mereka semua diberi rumah berderet persis. Kita berbagi pekarangan belakang yang sama. Mereka semua juga sama, pengantin baru. Engineer-engineer yang baru lulus, keterima kerja dan ketika tahu bahwa mereka ditempatkan di Medan, langsung ngajak kawin. Di tahap ini mereka masih sama. bahkan mereka melahirkan anak sulung mereka di waktu yang berdekatan. Kemudian mereka melahirkan anak kedua dan ketiga. Keempat engineer ini sistem kerjanya adalah 3 minggu di oil rig dan 3 minggu di rumah. Dan di sini lah gua mulai bisa mengingat.

Pak AA
Pak AA punya dua anak. AA sulung dan AA bungsu. Pak AA ingin mendidik disiplin pada mereka. Metode yang dia gunakan adalah mencambuk dengan ikat pinggang. Yang lain adalah sapu lidi dan rotan kalo gak salah. Gua pernah main ke rumah Pak AA dan mendapati AA sulung menangis di sofa. AA bungsu hanya melihat dari kejauhan.

Pak BB
Pak BB punya dua anak. BB sulung dan BB bungsu. Pak BB mendidik anak-anaknya dengan mengancam. Yang paling sering kena adalah BB sulung. Diancemnya macem-macem. Gua pernah main di halaman belakang dan mendapati BB sulung stres berat. Dan stresnya gak main-main. BB sulung jadi mengidap kelainan saraf motorik di mana meski gak ada angin gak ada apa, dia kelojotan sendiri. Gua pernah tanya ke nyokap kenapa BB sulung seperti itu. Ternyata karena stres. Umur kita di bawah 10 tahun by the way, waktu itu.

Pak CC
Pak CC punya 3 anak. CC sulung, CC tengah dan CC bungsu. Gua melihat dia sabar dan mengayomi. Seakan sadar bahwa gak banyak yang dia bisa harapkan dari anak kecil dan kenakalannya. Sering ajak diskusi, kasih perhatian. Dia jarang marah. Malah gua gak pernah melihat dia marah, setidaknya ketika gua main sama anak-anaknya. Mungkin dia sadar bahwa setelah 3 minggu gak ketemu, dia harus win back simpati anak-anaknya makanya dia gak ambil pusing sama sedikit kesalahan-kesalahan adolescent mereka.

10 tahun kemudian
Lama berselang dari masa kecil kita, keempat keluarga ini banyak yang pindah ke kantor pusat mereka di Jakarta. Kita masih sering ketemu kalo ada acara kantor bokap. Tapi karena rumahnya jauhan, jadi jarang. Makin kita besar, kita makin lepas kontak.

25 tahun kemudian
Suatu hari kakak gua menikah dan bokap mengundang semua teman lamanya ke resepsi. Gua excited banget karena anak-anak AA BB dan CC ini. Dan ini yang gua dapatkan:

Anak-anak AA
AA bungsu lagi S2 dan sudah jadi kontraktor.
AA sulung mengidap narkoba.

Anak-anak BB
BB bungsu yang masih SMA sudah bolak-balik jakarta-Sao Paolo karena dia jadi duta Unicef dalam sebuah world wide programnya.
BB sulung kuliah aja seperti biasa dan itu pun katanya kesulitan berprestasi. Setelah 25 tahun ini, kelainan syarafnya masih ada.

Anak-anak CC
CC bungsu sekolah di Amrik.
CC tengah memilih kerja di San Diego .
CC sulung kerja di salah satu bank paling bergengsi di Indonesia .

Dari sini gua mikir. kenapa AA dan BB sulung memiliki kesulitan hidup? Sedangkan AA dan BB bungsu menjalani kehidupan yang gua bilang spektakuler. Ini berlawanan sekali dengan stigma yang hadir dalam kehidupan bangsa timur di mana kita kerap berpandangan:

- Si sulung anak yang mantep, mandiri.
- Si bungsu adalah anak manja yang gak bisa mandiri. Anak mami.

Sering kali dalam 20 tahun pertama hidup gua, dalam cincin sosial gua, ada aja yang bilang
"Lu bungsu sih Dit"
"Lu bungsu ya Dit?"
"Dasar bungsu! Gini aja capek."

Jawabannya adalah:
1. Bungsu, dengan cepat belajar dari kesalahan kakaknya.
Sementara kakaknya nabrakin mobil dan dimarahin sampe trauma oleh si bapak, si bungsu dengan cepat belajar "Oh, nabrakin mobil gak boleh."
Dan ada banyak sekali hal-hal seperti ini di mana si sulung harus suffer dan si bungsu menuai pelajarannya. Sementara si sulung trauma dan kehilangan confidence untuk proaktif mencoba sesuatu lagi, si bungsu jadi well prepared dan malah penasaran pengen nyoba apakah dia bisa do better apa nggak.

2. Orang tua cenderung tidak sadar bahwa dia bereksperimen dengan si sulung.
Mau gak mau, memiliki si sulung adalah pengalaman pertama mereka menjadi orang tua. Ketika mereka menemukan sulung melakukan kesalahan, 40% kemungkinan orang tua juga gak tau anaknya harus diapain. Si sulung mecahin kaca dan digampar bapaknya. Tapi setelah lama bapaknya sadar bahwa sulung jadi trauma. Dia insyaf dan berjanji tidak mengulangnya. Ketika bungsu mecahin toples, si bapak gak gampar. Sementara si bungsu termaafkan, sulung yang udah trauma digampar, juga sakit hati melihat perlakuan yang gak adil. Padahal sang bapak udah insyaf juga udah baik. Serba salah.

Dan ada banyak sekali kejadian seperti ini dalam kehidupan adik kakak. Pak AA misalnya, AA sulung pada awalnya dididik dengan sangat keras. 5 tahun kemudian sepertinya Pak AA sadar bahwa metodenya salah sehingga approach pada AA bungsu sangat berbeda. Sedihnya lagi, Pak AA terkadang menyiratkan kekecewaannya bahwa AA sulung -kasarnya nih- "produk gagal"

Padahal kalo gua lihat, kegagalan ada di pihak dia. Gimana nggak? Di saat AA sulung berumur 5 tahun, di mana dia mendefine benar-salah dari ajaran ortu, dia jarang ketemu bapaknya yang ada di oil rig dan pulang-pulang di sabuk.

3. Orang Tua juga berproses untuk menjadi dewasa.
Orang tua hidup di dua jaman. jaman dia jadi anak dan jaman dia jadi orang tua. Kedua jaman ini beda total. Masalahnya, ada beberapa orang tua yang anak sulungnya masuk usia didik kritis (masa di mana anak kecil mendefine benar-salah dari ajaran ortu -ini masa yang gua define sendiri ya, gak tau di dunia psikologi ada apa nggak. Yang jelas sarjana psikologi lebih tahu deh dari gua) orang tuanya masih hidup di jaman dulu. contoh kasus,

Beberapa temen sulung gua ketika mulai pacaran susahnya setengah mati. Ada yang dibilang gak boleh lah, ada yang harus gini lah, gitu lah. Tapi giliran si bungsu pacaran dengan usia yang relatif lebih cepat, orang tua nyantai. Mungkin karena di saat ini orang tua sudah mulai beradaptasi dengan jaman sekarang. Di tambah lagi dengan kecenderungan di mana si bungsu ingin melakukan apa yang si sulung lakukan. Sulung pacaran di usia 18, kemungkinan besar si bungsu pacaran dari umur 14 karena melihat asyiknya si kakak.

There you have it, susahnya jadi orang tua.

Kalo anak gak didisiplinkan, takutnya jadi rusak dan pembangkang. Kalo gak pernah dimarahin, takutnya jadi lembek. Di setiap saat orang tua harus dihadapkan dengan pilihan kemungkinan yang gak enak ini. Dan sadar tidak sadar pilihan yang mereka ambil membentuk mentalitas para anaknya.

Dan yang menyeramkan bagi orang tua, sadar gak sadar, mentalitas anak adalah bekal si anak untuk survive di kehidupan mereka nanti.

As for me and kakak gua, we grew up fine. Dan gua gak ngomong gitu karena bokap gua adalah penggemar blog gua, tapi we really did grow up fine. Kakak gua pinternya setengah mati, S2 dan jadi dosen. Profesi yang gua bilang sangat mulia karena membantu membuka wawasan muridnya agar muridnya bisa menjadi sukses. Gua? well, you know how I am now.

Tapi memang ada yang gua pelajari dari bokap yang gua belajar untuk nggak. Yaitu kerja di tempat remote yang jauh dari keluarga.

Nyokap gua pernah cerita, ketika gua masih ngerangkak dan hobi nelen kelereng, kakak gua udah bisa ngomong. Suatu hari bokap pulang dari oil rig dan kakak gua nanya ke nyokap "Mah, itu siapa?"

Gua kebayang pasti bokap sedih kalo inget atau tahu cerita ini. Yang jelas, gua sengaja milih apartemen di Singapur ini yang bisa jalan kaki ke kantor. Makan siang gua bisa pulang dan main sama Alde. Gua pernah baca di intisari bahwa ada kecenderungan di mana anak yang menghabiskan banyak waktu dengan bapaknya, ketika udah gede, kepandaiannya di atas rata-rata.

Makanya sampe sekarang gua belum pernah nulis lagi sejak Alde lahir. Gua pengen make sure, he has enough attention a child can get from both parents.

In the end, jadi orang tua itu adalah pilihan yang kesiapannya terkadang harus lebih dalam dari yang kita kira. Gua cuman bersyukur gua punya masa kecil dan teman-teman yang di mana gua bisa nimba pengalaman. Agar gua bisa terapkan atau malah jangan terapkan ke keluarga gua yang kecil ini.
curve my life......

Sent from my CurveBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

__._,_.___

Saturday, June 21, 2008

Children Learn What They Live

Jika anak dibesarkan dengan celaan
Ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan
Ia belajar untuk berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan
Ia condong jadi rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan hinaan
Ia condong menyesali diri sendiri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi
Ia belajar untuk menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan dorongan
Ia tumbuh menjadi percaya diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian
Ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan akhlaq
Ia tahu cara berlaku adil

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman
Ia belajar menaruh kepercayaan

Jika anak dibesarkan dengan dukungan
Ia belajar untuk menyayangi dan
bisa menjaga dirinya sendiri

Jika anak dibesarkan dengan
kasih sayang dan persahabatan
Ia menemukan cinta dan
dan mampu berbagi

Dorothy Law Nolte, 1954

GOD is...



God is like General Electric;
He lights your path.

God is like Bayer Aspirin;
He works wonder.

God is like Hallmark Cards;
He cares enough to send the very best.

God is like Tide;
He gets out the stains that others leave behind.

God is like VO5 Hair Spray;
He holds through all kinds of weather.

God is like Dial Soap;
Aren’t you glad you know Him? Don’t you wish everyone did?

God is like Sears;
He has everything.

God is like Alka Seltzer;
Oh, what a relief He is!

God is like Scotch Tape;
You can’t see Him, but you know He’s there.

God is like the Copper Top Battery;
Nothing can outlast Him.

God is like American Express;
Don’t leave home without Him!

Friday, June 20, 2008

Global Warming



Mungkin Anda menduga, udara yang akhir-akhir ini makin panas, bukanlah
suatu masalah yang perlu kita risaukan.
"Mana mungkin sih tindakan satu-dua makhluk hidup di jagat semesta bisa
mengganggu kondisi planet bumi yang mahabesar ini?" barangkali begitulah
Anda berpikir.

Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC)
memublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya
sangat mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi
peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 - 0,3o C.
Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040
(33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis
meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi
kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero
jagat. Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan.
Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air
laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan
seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.

Di Indonesia, gejala serupa sudah terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002,
suhu minimum kota Polonia (Sumatera Utara) meningkat 0,17o C per tahun.
Sementara, Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,87 o C
per tahun. Tanda yang kasatmata adalah menghilangnya salju yang dulu
menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia , yaitu Gunung
Jayawijaya di Papua.

Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir
dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan.
Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm.
Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050
daera-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing)
dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan
terendam semuanya.

Dengan adanya gejala ini, sebagai warga negara kepulauan, sudah
seharusnya kita khawatir. Pasalnya, pemanasan global mengancam
kedaulatan negara. Es yang meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut lepas
dan menyebabkan permukaan laut bumi - termasuk laut di seputar Indonesia
- terus meningkat. Pulau-pulau kecil terluar kita bisa lenyap dari peta
bumi, sehingga garis kedaulatan negara bisa menyusut. Dan diperkirakan
dalam 30 tahun mendatang sekitar 2.000 pulau di Indonesia akan
tenggelam. Bukan hanya itu, jutaan orang yang tinggal di pesisir pulau
kecil pun akan kehilangan tempat tinggal. Begitu pula asset-asset usaha
wisata pantai.

Peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR),
menjelaskan, pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi
gelombang panjang matahari (disebut juga gelombang panas / inframerah)
yang dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca adalah
istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak
bisa menyebar). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer).
Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis
lapisan lapisan teratas atmosfer, makin leluasa radiasi gelombang pendek
matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Pada gilirannya, radiasi
gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panas, sehingga kian
meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca tadi.

Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak (75%) penyumbang emisi gas
rumah kaca. Setiap kali kita menggunakan bahan bakar fosil (minyak,
bensin, gas alam, batubara) untuk keperluan rumah tangga, mobil, pabrik,
ataupun membakar hutan, otomatis kita melepaskan CO2 ke udara. Gas lain
yang juga masuk peringkat atas adalah metan (CH4,18%), ozone (O3,12%),
dan clorofluorocarbon (CFC,14%). Gas metan banyak dihasilkan dari proses
pembusukan materi organic seperti yang banyak terjadi di peternakan
sapi. Gas metan juga dihasilkan dari penggunaan BBM untuk kendaraan.
Sementara itu, emisi gas CFC banyak timbul dari sistem kerja kulkas dan
AC model lama. Bersama gas-gas lain, uap air ikut meningkatkan suhu
rumah kaca.

Gejala sangat kentara dari pemanasan global adalah berubahnya iklim.
Contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah
memasuki bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Menurut
perkiraan, dalam 30 tahun terakhir, pergantian musim kemarau ke musim
hujan terus bergeser, dan kini jaraknya berselisih nyaris sebulan dari
normal. Banyak orang menganggap, banjir besar bulan Februari lalu yang
merendam lebih dari separuh DKI Jakarta adalah akibat dari pemanasan
global saja. Padahal 35% rusaknya hutan kota dan hutan di Puncak adalah
penyebab makin panasnya udara Jakarta . Itu sebabnya, kerusakan hutan di
Indonesia bukan hanya menjadi masalah warga Indonesia , melainkan juga
warga dunia. Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(Walhi), mengatakan, Indonesia pantas malu karena telah menjadi Negara
terbesar ke-3 di dunia sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran
hutan dan pembakaran lahan gambut (yang diubah menjadi permukiman atau
hutan industri). Jika kita tidak bisa menyelamatkan mulai dari sekarang,
5 tahun lagi hutan di Sumatera akan habis, 10 tahun lagi hutan
Kalimantan yang habis, 15 tahun lagi hutan di seluruh Indonesia tak
tersisa. Di saat itu, anak-anak kita tak lagi bisa menghirup udara
bersih.

Jika kita tidak secepatnya berhenti boros energi, bumi akan sepanas
planet Mars. Tak akan ada satupun makhluk hidup yang bisa bertahan,
termasuk anak-anak kita nanti.

Cara-cara praktis dan sederhana 'mendinginkan' bumi :
1. Matikan listrik.
(jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan
standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak.
Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN
menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
2. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya
agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala.
Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang
memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
11. Say no to plastic.
Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar.
Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang
kembali.
12 Jangan membakar sampah, terutama sampah plastik
13. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka
turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi.

Yang Berbahaya di Lingkungan Kita



1. BEKAS BOTOL AQUA


Mungkin sebagian dari kita mempunyai kebiasaan memakai dan memakai ulang botol plastik (Aqua, VIT , etc) dan menaruhnya di mobil atau di kantor. Kebiasaan ini tidak baik, karena bahan plastic botol (disebut juga sebagai polyethylene terephthalate or PET) yang dipakai di botol2 ini mengandung zat2 karsinogen (atau DEHA). Botol ini aman untuk dipakai 1-2 kali saja, jika anda ingin memakainya lebih lama, tidak boleh lebih dari seminggu, dan harus ditaruh ditempat yang jauh dari matahari. Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan plastic rusak dan zat karsinogen itu bisa masuk ke air yang kita minum. Lebih baik membeli botol air yang memang untuk dipakai ber-ulang2, jangan memakai botol plastik.

2. PENGGEMAR SATE

Kalau Anda makan sate, jangan lupa makan timun setelahnya. Karena ketika kita makan sate sebetulnya ikut juga karbon dari hasil pembakaran arang yang dapat menyebabkan kanker. Untuk itu kita punya obatnya yaitu timun yang disarankan untuk dimakan setelah makan sate. Karena sate mempunyai zat Karsinogen (penyebab kanker) tetapi timun ternyata punya anti Karsinogen. Jadi jangan lupa makan timun setelah makan sate.

3. UDANG DAN VITAMIN C

Jangan makan udang setelah Anda makan Vitamin C. Karena ini akan menyebabkan keracunan dari racun Arsenik (As) yang merupakan proses reaksi dari Udang dan Vitamin C di dalam tubuh dan berakibat keracunan yang fatal dalam hitungan jam.

4. MI INSTAN

Untuk para penggemar mi instan, pastikan Anda punya selang waktu paling tidak 3 (tiga) hari setelah Anda mengkonsumsi mi instan, jika Anda akan mengkonsumsinya lagi, dari informasi kedokteran, ternyata terdapat lilin yang melapisi mi instan. Itu sebabnya mengapa mi instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Konsumsi mie instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti kanker. Seseorang, karena begitu sibuknya dalam berkarir tidak punya
waktu lagi untuk memasak, sehingga diputuskannya untuk mengkonsumsi mi instan setiap hari . Akhirnya dia menderita kanker.

Dokternya mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena adanya lilin dalam mi instan tersebut. Dokter tersebut mengatakan bahwa tubuh kita memerlukan waktu lebih dari 2 (dua) hari untuk membersihkan lilin tersebut.

5. BAHAYA DIBALIK KEMASAN MAKANAN

Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai "pelindung " makanan.
Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan.
Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat memilik kemasan makanan. Kemasan pada
makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan,

kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan ..

Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya.

Inilah ranking teratas bahan kemasan makanan yang perlu Anda waspadai.

A. Kertas ..

Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia , timbal masuk melalui saluran pernapasan atau tangan kita.
pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal , hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan). Keracunan yang terjadipun bisa bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal, memang susah-susah gampang.
Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng dan tempe goreng yang dibungkus dengan Koran karena pengetahuan yang kurang dari si penjual, padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbale makanan tsb.

Sebagai usaha pencegahan , taruhlah makanan jajanan tersebut di atas piring.

B . Styrofoam

Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu
mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada system endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.

Jeruk Bali Picu Kanker Payudara



Los Angeles- Anda wanita yang kerap mengonsumsi jeruk Bali? Hati-hati,
sebab mengonsumsi buah tersebut tiap hari dapat meningkatkan resiko terkena
kanker payudara.

Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Universitas
South California dan Universitas Hawaii, Amerika Serikat, seperti dilansir
BBC News, Senin (16/7/2007).

Dari studi terhadap 50.000 wanita menopause, ditemukan wanita yang
mengonsumsi jeruk Bali sebagian atau lebih tiap hari mempunyai risiko
terkena kanker payudara sebesar 30% dibanding yang tidak mengonsumsi. Jeruk
bali mendorong peningkatan hormon estrogen, hormon yang memiliki andil
besar pada timbulnya kanker payudara.

"Karena itu, jika jeruk Baliberperan penting meninggikan level metabolisme
estrogen, masuk akal jika jeruk bali menambah resiko wanita terkena kanker
payudara," kata salah
seorang peneliti.

Meski demikian, para peneliti itu mengatakan, masih dibutuhkan riset lebih
lanjut terhadap temuan mereka. Lagi pula, mereka hanya meneliti buah, belum
dalam bentuk jus.

Mereka menambahkan, kanker payudara, kanker ketiga yang kebanyakan diderita
wanita, timbul karena faktor gayahidup seperti minum minuman beralkhohol
dan kelebihan berat badan.

Namun, ahli nutrisi dari British Nutrition Foundation, Dr Joanne Lunn,
menilai penelitian itu penting bagi wanita yang melakukan diet dengan
banyak memakan buah-buahan. Terlepas dari perlunya riset lebih lanjut, ada
baiknya wanita mengurangi konsumsi jeruk Bali. (irw/aba)

Irwan Nugroho - detikcom

MUNDANE LOVE - A True Story



Ada sepasang suami-istri yang berjualan nasi kuning di sebuah kompleks
perumahan di Bandung. Umur mereka sudah tidak muda lagi. Sang suami
mungkin sudah berumur lebih dari 70, sedangkan istrinya sekitar 60-an. Di
sekitar mereka ada beberapa gerobak lain yang juga menjual makanan untuk
sarapan pagi. Tapi dari semuanya, hanya gerobak mereka yang paling sepi.

Setiap pagi, dalam perjalanan menuju ke kantor, saya selalu melewati
gerobak mereka yang selalu sepi. Gerobak itu tidak ada yang istimewa.
Cukup sederhana. Jualannya pun standar.

Setiap pagi pula, sepasang suami-istri itu duduk menjaga gerobak mereka
dalam posisi yang selalu sama. Sang suami duduk di luar gerobak, sementara
istrinya di sampingnya. Kalau ada pembeli, sang suami dengan susah payah
berdiri dari kursi (kadang dipapah istrinya) dan dengan ramah menyapa
pembeli. Jika sang pembeli ingin makan di tempat, sang suami merapikan
tempat duduk, sementara istrinya menyiapkan nasi kuning dan menyodorkan
piring itu pada suaminya untuk diberikan pada sang pelanggan. Kalau sang
pembeli ingin nasi kuning itu dibungkus, sang istri menyiapkan nasi kuning
di kertas pembungkus, dan menyerahkan nasi bungkusan itu pada suaminya
untuk diserahkan pada sang pelanggan.

Saat sedang sepi pelanggan, pasangan suami-istri itu duduk diam. Sesekali
jika istrinya agak terkantuk-kantuk, suaminya mengurut punggung istrinya.
Atau jika suaminya berkeringat, sang istri dengan sigap mengambil sapu
tangan dan mengelap keringat suaminya.

Kalau mau jujur, nasi kuning mereka tidak terlalu spesial. Sangat standar.
Tapi, kalau saya mencari sarapan pagi, saya selalu membeli masi kuning di
tempat mereka. Bukan spesial-tidaknya. Tapi lebih karena cinta mereka yang
membuat saya tergerak untuk selalu mampir.

Dalam kesederhanaan, kala susah dan sedih karena tidak ada pelanggan,
mereka tetap bersama. Sang suami tidak pernah memarahi istrinya yang tidak
becus masak. Sang istri pun tidak pernah marah karena gerakan suaminya
yang begitu lamban dalam melayani pelanggan. Dia bahkan memberi kesempatan
suaminya untuk melayani pelanggan.

Mereka selalu bersama, dan saling mendukung, bahkan di saat susah sekali
pun.

Hingga hari ini, sudah 10 tahun saya lewati tempat itu, mereka masih tetap
di tempat yang sama, menjual nasi kuning, dan selalu bersikap sama. Penuh
kesederhanaan. Penuh kasih sayang. Dan saling menguatkan di saat susah.

Jika Anda berkunjung ke Bandung, Anda bisa mampir ke jalan raya komplek
Taman Cibaduyut Indah. Tidak susah mencari gerobak mereka yang sederhana.
Carilah gerobak yang paling sepi pelanggan. Mereka berjualan sejak pukul
07.00 hingga siang hari (mungkin sekitar 11.00, karena saya pernah ke
kantor jam 11.00, mereka sudah tidak ada). Jujur, nasi kuning mereka
sangat standar & tidak selengkap gerobak nasi kuning lain di sekeliling
mereka. Namun, cinta kasih mereka membuat makanan yang sederhana itu
terasa begitu nikmat. Cinta kasih yang begitu tulus, sederhana, apa
adanya. Bahkan dalam kesusahan sekalipun, mereka tetap saling menguatkan.

Sebuah kisah cinta yang luar biasa.

From: Sung Djuniati