Sunday, June 22, 2008

CERITA 3 Anak SULUNG

Friday, December 07, 2007

Jadi anak sulung itu no doubt tidak mudah. Kita semua tahu bahwa sudah menjadi kebiasaan bahwa anak sulung kerap harus tumbuh menjadi panutan adik-adiknya. Kerap juga kita dengar anak sulung membantu orang tua kerja. Yang lebih jauh lagi, beberapa anak sulung tidak sekolah, membantu ibu di sawah agar adik-adiknya dapat sekolah. Para adik jadi insiyur dan si sulung tetap menjadi petani.

Tidak perlu sejauh itu, kita bisa lihat di kehidupan dekat kita sendiri. Masing-masing dari kita kalo gak punya kakak sulung, ya jadi anak sulung itu sendiri. Sulitnya selain menjadi panutan adalah, harus sabar. Harus berbagi banyak hal dengan si kecil karena orang tua berpikir tidak perlu beli 2 barang yang sama untuk 2 anak yang beda.

Tapi ada satu hal yang gua lihat jarang dibahas. Yaitu bahwa pembentukan karakter si sulung oleh orang tua. No doubt bahwa semua orang tua ingin mendidik anaknya dengan benar. Gua belum pernah nemu orang tua yang niat ngedidik anaknya dari kecil jadi orang jahat. Jika kita berangkat dari asumsi bahwa semua orang tua niat mendidik anak dengan benar, bermental baik, menjadi bibit yang unggul, lantas kenapa di dunia ini ada orang yang sukses dan ada yang tidak? Kenapa ada yang benar-benar menjadi bibit unggul, ada yang biasa saja, ada yang jadi tidak mandiri, dan malah ada yang menyusahkan orang tua?

Padahal niat semua orang tua itu sama, mendidik anak mereka agar menjadi orang yang baik bagi masyarakat. Then there must be something wrong here.

Kemudian ada lagi pertanyaan. Jika memang semua anak sulung terdidik sabar, bermental tauladan dan lainnya, lantas kenapa dari semua deretan pemimpin yang terkenal, tidak semua sulung? Deretan manusia-manusia luar biasa sepanjang masa lahir ada yang sulung, ada yang bungsu, ada anak tengah, malah ada yang anak tunggal. Kenapa gak semua pemimpin di dunia ini anak sulung? Yang katanya terbiasa memimpin dan menjadi tauladan dari kecil?

Cerita 3 Anak Sulung
Untuk mencari jawabannya, gua mau cerita masa kecil gua dulu ketika gua lahir di Medan. Ceritanya orang tua gua kerja di kilang minyak lepas pantai di medan beserta 3 orang engineer lainnya. Kita sebut saja mereka Pak AA, Pak BB, Pak CC dan bokap. Mereka semua diberi rumah berderet persis. Kita berbagi pekarangan belakang yang sama. Mereka semua juga sama, pengantin baru. Engineer-engineer yang baru lulus, keterima kerja dan ketika tahu bahwa mereka ditempatkan di Medan, langsung ngajak kawin. Di tahap ini mereka masih sama. bahkan mereka melahirkan anak sulung mereka di waktu yang berdekatan. Kemudian mereka melahirkan anak kedua dan ketiga. Keempat engineer ini sistem kerjanya adalah 3 minggu di oil rig dan 3 minggu di rumah. Dan di sini lah gua mulai bisa mengingat.

Pak AA
Pak AA punya dua anak. AA sulung dan AA bungsu. Pak AA ingin mendidik disiplin pada mereka. Metode yang dia gunakan adalah mencambuk dengan ikat pinggang. Yang lain adalah sapu lidi dan rotan kalo gak salah. Gua pernah main ke rumah Pak AA dan mendapati AA sulung menangis di sofa. AA bungsu hanya melihat dari kejauhan.

Pak BB
Pak BB punya dua anak. BB sulung dan BB bungsu. Pak BB mendidik anak-anaknya dengan mengancam. Yang paling sering kena adalah BB sulung. Diancemnya macem-macem. Gua pernah main di halaman belakang dan mendapati BB sulung stres berat. Dan stresnya gak main-main. BB sulung jadi mengidap kelainan saraf motorik di mana meski gak ada angin gak ada apa, dia kelojotan sendiri. Gua pernah tanya ke nyokap kenapa BB sulung seperti itu. Ternyata karena stres. Umur kita di bawah 10 tahun by the way, waktu itu.

Pak CC
Pak CC punya 3 anak. CC sulung, CC tengah dan CC bungsu. Gua melihat dia sabar dan mengayomi. Seakan sadar bahwa gak banyak yang dia bisa harapkan dari anak kecil dan kenakalannya. Sering ajak diskusi, kasih perhatian. Dia jarang marah. Malah gua gak pernah melihat dia marah, setidaknya ketika gua main sama anak-anaknya. Mungkin dia sadar bahwa setelah 3 minggu gak ketemu, dia harus win back simpati anak-anaknya makanya dia gak ambil pusing sama sedikit kesalahan-kesalahan adolescent mereka.

10 tahun kemudian
Lama berselang dari masa kecil kita, keempat keluarga ini banyak yang pindah ke kantor pusat mereka di Jakarta. Kita masih sering ketemu kalo ada acara kantor bokap. Tapi karena rumahnya jauhan, jadi jarang. Makin kita besar, kita makin lepas kontak.

25 tahun kemudian
Suatu hari kakak gua menikah dan bokap mengundang semua teman lamanya ke resepsi. Gua excited banget karena anak-anak AA BB dan CC ini. Dan ini yang gua dapatkan:

Anak-anak AA
AA bungsu lagi S2 dan sudah jadi kontraktor.
AA sulung mengidap narkoba.

Anak-anak BB
BB bungsu yang masih SMA sudah bolak-balik jakarta-Sao Paolo karena dia jadi duta Unicef dalam sebuah world wide programnya.
BB sulung kuliah aja seperti biasa dan itu pun katanya kesulitan berprestasi. Setelah 25 tahun ini, kelainan syarafnya masih ada.

Anak-anak CC
CC bungsu sekolah di Amrik.
CC tengah memilih kerja di San Diego .
CC sulung kerja di salah satu bank paling bergengsi di Indonesia .

Dari sini gua mikir. kenapa AA dan BB sulung memiliki kesulitan hidup? Sedangkan AA dan BB bungsu menjalani kehidupan yang gua bilang spektakuler. Ini berlawanan sekali dengan stigma yang hadir dalam kehidupan bangsa timur di mana kita kerap berpandangan:

- Si sulung anak yang mantep, mandiri.
- Si bungsu adalah anak manja yang gak bisa mandiri. Anak mami.

Sering kali dalam 20 tahun pertama hidup gua, dalam cincin sosial gua, ada aja yang bilang
"Lu bungsu sih Dit"
"Lu bungsu ya Dit?"
"Dasar bungsu! Gini aja capek."

Jawabannya adalah:
1. Bungsu, dengan cepat belajar dari kesalahan kakaknya.
Sementara kakaknya nabrakin mobil dan dimarahin sampe trauma oleh si bapak, si bungsu dengan cepat belajar "Oh, nabrakin mobil gak boleh."
Dan ada banyak sekali hal-hal seperti ini di mana si sulung harus suffer dan si bungsu menuai pelajarannya. Sementara si sulung trauma dan kehilangan confidence untuk proaktif mencoba sesuatu lagi, si bungsu jadi well prepared dan malah penasaran pengen nyoba apakah dia bisa do better apa nggak.

2. Orang tua cenderung tidak sadar bahwa dia bereksperimen dengan si sulung.
Mau gak mau, memiliki si sulung adalah pengalaman pertama mereka menjadi orang tua. Ketika mereka menemukan sulung melakukan kesalahan, 40% kemungkinan orang tua juga gak tau anaknya harus diapain. Si sulung mecahin kaca dan digampar bapaknya. Tapi setelah lama bapaknya sadar bahwa sulung jadi trauma. Dia insyaf dan berjanji tidak mengulangnya. Ketika bungsu mecahin toples, si bapak gak gampar. Sementara si bungsu termaafkan, sulung yang udah trauma digampar, juga sakit hati melihat perlakuan yang gak adil. Padahal sang bapak udah insyaf juga udah baik. Serba salah.

Dan ada banyak sekali kejadian seperti ini dalam kehidupan adik kakak. Pak AA misalnya, AA sulung pada awalnya dididik dengan sangat keras. 5 tahun kemudian sepertinya Pak AA sadar bahwa metodenya salah sehingga approach pada AA bungsu sangat berbeda. Sedihnya lagi, Pak AA terkadang menyiratkan kekecewaannya bahwa AA sulung -kasarnya nih- "produk gagal"

Padahal kalo gua lihat, kegagalan ada di pihak dia. Gimana nggak? Di saat AA sulung berumur 5 tahun, di mana dia mendefine benar-salah dari ajaran ortu, dia jarang ketemu bapaknya yang ada di oil rig dan pulang-pulang di sabuk.

3. Orang Tua juga berproses untuk menjadi dewasa.
Orang tua hidup di dua jaman. jaman dia jadi anak dan jaman dia jadi orang tua. Kedua jaman ini beda total. Masalahnya, ada beberapa orang tua yang anak sulungnya masuk usia didik kritis (masa di mana anak kecil mendefine benar-salah dari ajaran ortu -ini masa yang gua define sendiri ya, gak tau di dunia psikologi ada apa nggak. Yang jelas sarjana psikologi lebih tahu deh dari gua) orang tuanya masih hidup di jaman dulu. contoh kasus,

Beberapa temen sulung gua ketika mulai pacaran susahnya setengah mati. Ada yang dibilang gak boleh lah, ada yang harus gini lah, gitu lah. Tapi giliran si bungsu pacaran dengan usia yang relatif lebih cepat, orang tua nyantai. Mungkin karena di saat ini orang tua sudah mulai beradaptasi dengan jaman sekarang. Di tambah lagi dengan kecenderungan di mana si bungsu ingin melakukan apa yang si sulung lakukan. Sulung pacaran di usia 18, kemungkinan besar si bungsu pacaran dari umur 14 karena melihat asyiknya si kakak.

There you have it, susahnya jadi orang tua.

Kalo anak gak didisiplinkan, takutnya jadi rusak dan pembangkang. Kalo gak pernah dimarahin, takutnya jadi lembek. Di setiap saat orang tua harus dihadapkan dengan pilihan kemungkinan yang gak enak ini. Dan sadar tidak sadar pilihan yang mereka ambil membentuk mentalitas para anaknya.

Dan yang menyeramkan bagi orang tua, sadar gak sadar, mentalitas anak adalah bekal si anak untuk survive di kehidupan mereka nanti.

As for me and kakak gua, we grew up fine. Dan gua gak ngomong gitu karena bokap gua adalah penggemar blog gua, tapi we really did grow up fine. Kakak gua pinternya setengah mati, S2 dan jadi dosen. Profesi yang gua bilang sangat mulia karena membantu membuka wawasan muridnya agar muridnya bisa menjadi sukses. Gua? well, you know how I am now.

Tapi memang ada yang gua pelajari dari bokap yang gua belajar untuk nggak. Yaitu kerja di tempat remote yang jauh dari keluarga.

Nyokap gua pernah cerita, ketika gua masih ngerangkak dan hobi nelen kelereng, kakak gua udah bisa ngomong. Suatu hari bokap pulang dari oil rig dan kakak gua nanya ke nyokap "Mah, itu siapa?"

Gua kebayang pasti bokap sedih kalo inget atau tahu cerita ini. Yang jelas, gua sengaja milih apartemen di Singapur ini yang bisa jalan kaki ke kantor. Makan siang gua bisa pulang dan main sama Alde. Gua pernah baca di intisari bahwa ada kecenderungan di mana anak yang menghabiskan banyak waktu dengan bapaknya, ketika udah gede, kepandaiannya di atas rata-rata.

Makanya sampe sekarang gua belum pernah nulis lagi sejak Alde lahir. Gua pengen make sure, he has enough attention a child can get from both parents.

In the end, jadi orang tua itu adalah pilihan yang kesiapannya terkadang harus lebih dalam dari yang kita kira. Gua cuman bersyukur gua punya masa kecil dan teman-teman yang di mana gua bisa nimba pengalaman. Agar gua bisa terapkan atau malah jangan terapkan ke keluarga gua yang kecil ini.
curve my life......

Sent from my CurveBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

__._,_.___

Saturday, June 21, 2008

Children Learn What They Live

Jika anak dibesarkan dengan celaan
Ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan
Ia belajar untuk berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan
Ia condong jadi rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan hinaan
Ia condong menyesali diri sendiri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi
Ia belajar untuk menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan dorongan
Ia tumbuh menjadi percaya diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian
Ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan akhlaq
Ia tahu cara berlaku adil

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman
Ia belajar menaruh kepercayaan

Jika anak dibesarkan dengan dukungan
Ia belajar untuk menyayangi dan
bisa menjaga dirinya sendiri

Jika anak dibesarkan dengan
kasih sayang dan persahabatan
Ia menemukan cinta dan
dan mampu berbagi

Dorothy Law Nolte, 1954

GOD is...



God is like General Electric;
He lights your path.

God is like Bayer Aspirin;
He works wonder.

God is like Hallmark Cards;
He cares enough to send the very best.

God is like Tide;
He gets out the stains that others leave behind.

God is like VO5 Hair Spray;
He holds through all kinds of weather.

God is like Dial Soap;
Aren’t you glad you know Him? Don’t you wish everyone did?

God is like Sears;
He has everything.

God is like Alka Seltzer;
Oh, what a relief He is!

God is like Scotch Tape;
You can’t see Him, but you know He’s there.

God is like the Copper Top Battery;
Nothing can outlast Him.

God is like American Express;
Don’t leave home without Him!

Friday, June 20, 2008

Global Warming



Mungkin Anda menduga, udara yang akhir-akhir ini makin panas, bukanlah
suatu masalah yang perlu kita risaukan.
"Mana mungkin sih tindakan satu-dua makhluk hidup di jagat semesta bisa
mengganggu kondisi planet bumi yang mahabesar ini?" barangkali begitulah
Anda berpikir.

Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC)
memublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya
sangat mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi
peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 - 0,3o C.
Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040
(33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis
meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi
kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero
jagat. Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan.
Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air
laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan
seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.

Di Indonesia, gejala serupa sudah terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002,
suhu minimum kota Polonia (Sumatera Utara) meningkat 0,17o C per tahun.
Sementara, Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,87 o C
per tahun. Tanda yang kasatmata adalah menghilangnya salju yang dulu
menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia , yaitu Gunung
Jayawijaya di Papua.

Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir
dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan.
Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm.
Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050
daera-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing)
dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan
terendam semuanya.

Dengan adanya gejala ini, sebagai warga negara kepulauan, sudah
seharusnya kita khawatir. Pasalnya, pemanasan global mengancam
kedaulatan negara. Es yang meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut lepas
dan menyebabkan permukaan laut bumi - termasuk laut di seputar Indonesia
- terus meningkat. Pulau-pulau kecil terluar kita bisa lenyap dari peta
bumi, sehingga garis kedaulatan negara bisa menyusut. Dan diperkirakan
dalam 30 tahun mendatang sekitar 2.000 pulau di Indonesia akan
tenggelam. Bukan hanya itu, jutaan orang yang tinggal di pesisir pulau
kecil pun akan kehilangan tempat tinggal. Begitu pula asset-asset usaha
wisata pantai.

Peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR),
menjelaskan, pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi
gelombang panjang matahari (disebut juga gelombang panas / inframerah)
yang dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca adalah
istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak
bisa menyebar). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer).
Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis
lapisan lapisan teratas atmosfer, makin leluasa radiasi gelombang pendek
matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Pada gilirannya, radiasi
gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panas, sehingga kian
meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca tadi.

Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak (75%) penyumbang emisi gas
rumah kaca. Setiap kali kita menggunakan bahan bakar fosil (minyak,
bensin, gas alam, batubara) untuk keperluan rumah tangga, mobil, pabrik,
ataupun membakar hutan, otomatis kita melepaskan CO2 ke udara. Gas lain
yang juga masuk peringkat atas adalah metan (CH4,18%), ozone (O3,12%),
dan clorofluorocarbon (CFC,14%). Gas metan banyak dihasilkan dari proses
pembusukan materi organic seperti yang banyak terjadi di peternakan
sapi. Gas metan juga dihasilkan dari penggunaan BBM untuk kendaraan.
Sementara itu, emisi gas CFC banyak timbul dari sistem kerja kulkas dan
AC model lama. Bersama gas-gas lain, uap air ikut meningkatkan suhu
rumah kaca.

Gejala sangat kentara dari pemanasan global adalah berubahnya iklim.
Contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah
memasuki bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Menurut
perkiraan, dalam 30 tahun terakhir, pergantian musim kemarau ke musim
hujan terus bergeser, dan kini jaraknya berselisih nyaris sebulan dari
normal. Banyak orang menganggap, banjir besar bulan Februari lalu yang
merendam lebih dari separuh DKI Jakarta adalah akibat dari pemanasan
global saja. Padahal 35% rusaknya hutan kota dan hutan di Puncak adalah
penyebab makin panasnya udara Jakarta . Itu sebabnya, kerusakan hutan di
Indonesia bukan hanya menjadi masalah warga Indonesia , melainkan juga
warga dunia. Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(Walhi), mengatakan, Indonesia pantas malu karena telah menjadi Negara
terbesar ke-3 di dunia sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran
hutan dan pembakaran lahan gambut (yang diubah menjadi permukiman atau
hutan industri). Jika kita tidak bisa menyelamatkan mulai dari sekarang,
5 tahun lagi hutan di Sumatera akan habis, 10 tahun lagi hutan
Kalimantan yang habis, 15 tahun lagi hutan di seluruh Indonesia tak
tersisa. Di saat itu, anak-anak kita tak lagi bisa menghirup udara
bersih.

Jika kita tidak secepatnya berhenti boros energi, bumi akan sepanas
planet Mars. Tak akan ada satupun makhluk hidup yang bisa bertahan,
termasuk anak-anak kita nanti.

Cara-cara praktis dan sederhana 'mendinginkan' bumi :
1. Matikan listrik.
(jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan
standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak.
Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN
menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
2. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya
agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala.
Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang
memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
11. Say no to plastic.
Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar.
Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang
kembali.
12 Jangan membakar sampah, terutama sampah plastik
13. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka
turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi.

Yang Berbahaya di Lingkungan Kita



1. BEKAS BOTOL AQUA


Mungkin sebagian dari kita mempunyai kebiasaan memakai dan memakai ulang botol plastik (Aqua, VIT , etc) dan menaruhnya di mobil atau di kantor. Kebiasaan ini tidak baik, karena bahan plastic botol (disebut juga sebagai polyethylene terephthalate or PET) yang dipakai di botol2 ini mengandung zat2 karsinogen (atau DEHA). Botol ini aman untuk dipakai 1-2 kali saja, jika anda ingin memakainya lebih lama, tidak boleh lebih dari seminggu, dan harus ditaruh ditempat yang jauh dari matahari. Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan plastic rusak dan zat karsinogen itu bisa masuk ke air yang kita minum. Lebih baik membeli botol air yang memang untuk dipakai ber-ulang2, jangan memakai botol plastik.

2. PENGGEMAR SATE

Kalau Anda makan sate, jangan lupa makan timun setelahnya. Karena ketika kita makan sate sebetulnya ikut juga karbon dari hasil pembakaran arang yang dapat menyebabkan kanker. Untuk itu kita punya obatnya yaitu timun yang disarankan untuk dimakan setelah makan sate. Karena sate mempunyai zat Karsinogen (penyebab kanker) tetapi timun ternyata punya anti Karsinogen. Jadi jangan lupa makan timun setelah makan sate.

3. UDANG DAN VITAMIN C

Jangan makan udang setelah Anda makan Vitamin C. Karena ini akan menyebabkan keracunan dari racun Arsenik (As) yang merupakan proses reaksi dari Udang dan Vitamin C di dalam tubuh dan berakibat keracunan yang fatal dalam hitungan jam.

4. MI INSTAN

Untuk para penggemar mi instan, pastikan Anda punya selang waktu paling tidak 3 (tiga) hari setelah Anda mengkonsumsi mi instan, jika Anda akan mengkonsumsinya lagi, dari informasi kedokteran, ternyata terdapat lilin yang melapisi mi instan. Itu sebabnya mengapa mi instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Konsumsi mie instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti kanker. Seseorang, karena begitu sibuknya dalam berkarir tidak punya
waktu lagi untuk memasak, sehingga diputuskannya untuk mengkonsumsi mi instan setiap hari . Akhirnya dia menderita kanker.

Dokternya mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena adanya lilin dalam mi instan tersebut. Dokter tersebut mengatakan bahwa tubuh kita memerlukan waktu lebih dari 2 (dua) hari untuk membersihkan lilin tersebut.

5. BAHAYA DIBALIK KEMASAN MAKANAN

Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai "pelindung " makanan.
Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan.
Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat memilik kemasan makanan. Kemasan pada
makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan,

kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan ..

Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya.

Inilah ranking teratas bahan kemasan makanan yang perlu Anda waspadai.

A. Kertas ..

Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia , timbal masuk melalui saluran pernapasan atau tangan kita.
pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal , hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan). Keracunan yang terjadipun bisa bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal, memang susah-susah gampang.
Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng dan tempe goreng yang dibungkus dengan Koran karena pengetahuan yang kurang dari si penjual, padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbale makanan tsb.

Sebagai usaha pencegahan , taruhlah makanan jajanan tersebut di atas piring.

B . Styrofoam

Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu
mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada system endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.

Jeruk Bali Picu Kanker Payudara



Los Angeles- Anda wanita yang kerap mengonsumsi jeruk Bali? Hati-hati,
sebab mengonsumsi buah tersebut tiap hari dapat meningkatkan resiko terkena
kanker payudara.

Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Universitas
South California dan Universitas Hawaii, Amerika Serikat, seperti dilansir
BBC News, Senin (16/7/2007).

Dari studi terhadap 50.000 wanita menopause, ditemukan wanita yang
mengonsumsi jeruk Bali sebagian atau lebih tiap hari mempunyai risiko
terkena kanker payudara sebesar 30% dibanding yang tidak mengonsumsi. Jeruk
bali mendorong peningkatan hormon estrogen, hormon yang memiliki andil
besar pada timbulnya kanker payudara.

"Karena itu, jika jeruk Baliberperan penting meninggikan level metabolisme
estrogen, masuk akal jika jeruk bali menambah resiko wanita terkena kanker
payudara," kata salah
seorang peneliti.

Meski demikian, para peneliti itu mengatakan, masih dibutuhkan riset lebih
lanjut terhadap temuan mereka. Lagi pula, mereka hanya meneliti buah, belum
dalam bentuk jus.

Mereka menambahkan, kanker payudara, kanker ketiga yang kebanyakan diderita
wanita, timbul karena faktor gayahidup seperti minum minuman beralkhohol
dan kelebihan berat badan.

Namun, ahli nutrisi dari British Nutrition Foundation, Dr Joanne Lunn,
menilai penelitian itu penting bagi wanita yang melakukan diet dengan
banyak memakan buah-buahan. Terlepas dari perlunya riset lebih lanjut, ada
baiknya wanita mengurangi konsumsi jeruk Bali. (irw/aba)

Irwan Nugroho - detikcom

MUNDANE LOVE - A True Story



Ada sepasang suami-istri yang berjualan nasi kuning di sebuah kompleks
perumahan di Bandung. Umur mereka sudah tidak muda lagi. Sang suami
mungkin sudah berumur lebih dari 70, sedangkan istrinya sekitar 60-an. Di
sekitar mereka ada beberapa gerobak lain yang juga menjual makanan untuk
sarapan pagi. Tapi dari semuanya, hanya gerobak mereka yang paling sepi.

Setiap pagi, dalam perjalanan menuju ke kantor, saya selalu melewati
gerobak mereka yang selalu sepi. Gerobak itu tidak ada yang istimewa.
Cukup sederhana. Jualannya pun standar.

Setiap pagi pula, sepasang suami-istri itu duduk menjaga gerobak mereka
dalam posisi yang selalu sama. Sang suami duduk di luar gerobak, sementara
istrinya di sampingnya. Kalau ada pembeli, sang suami dengan susah payah
berdiri dari kursi (kadang dipapah istrinya) dan dengan ramah menyapa
pembeli. Jika sang pembeli ingin makan di tempat, sang suami merapikan
tempat duduk, sementara istrinya menyiapkan nasi kuning dan menyodorkan
piring itu pada suaminya untuk diberikan pada sang pelanggan. Kalau sang
pembeli ingin nasi kuning itu dibungkus, sang istri menyiapkan nasi kuning
di kertas pembungkus, dan menyerahkan nasi bungkusan itu pada suaminya
untuk diserahkan pada sang pelanggan.

Saat sedang sepi pelanggan, pasangan suami-istri itu duduk diam. Sesekali
jika istrinya agak terkantuk-kantuk, suaminya mengurut punggung istrinya.
Atau jika suaminya berkeringat, sang istri dengan sigap mengambil sapu
tangan dan mengelap keringat suaminya.

Kalau mau jujur, nasi kuning mereka tidak terlalu spesial. Sangat standar.
Tapi, kalau saya mencari sarapan pagi, saya selalu membeli masi kuning di
tempat mereka. Bukan spesial-tidaknya. Tapi lebih karena cinta mereka yang
membuat saya tergerak untuk selalu mampir.

Dalam kesederhanaan, kala susah dan sedih karena tidak ada pelanggan,
mereka tetap bersama. Sang suami tidak pernah memarahi istrinya yang tidak
becus masak. Sang istri pun tidak pernah marah karena gerakan suaminya
yang begitu lamban dalam melayani pelanggan. Dia bahkan memberi kesempatan
suaminya untuk melayani pelanggan.

Mereka selalu bersama, dan saling mendukung, bahkan di saat susah sekali
pun.

Hingga hari ini, sudah 10 tahun saya lewati tempat itu, mereka masih tetap
di tempat yang sama, menjual nasi kuning, dan selalu bersikap sama. Penuh
kesederhanaan. Penuh kasih sayang. Dan saling menguatkan di saat susah.

Jika Anda berkunjung ke Bandung, Anda bisa mampir ke jalan raya komplek
Taman Cibaduyut Indah. Tidak susah mencari gerobak mereka yang sederhana.
Carilah gerobak yang paling sepi pelanggan. Mereka berjualan sejak pukul
07.00 hingga siang hari (mungkin sekitar 11.00, karena saya pernah ke
kantor jam 11.00, mereka sudah tidak ada). Jujur, nasi kuning mereka
sangat standar & tidak selengkap gerobak nasi kuning lain di sekeliling
mereka. Namun, cinta kasih mereka membuat makanan yang sederhana itu
terasa begitu nikmat. Cinta kasih yang begitu tulus, sederhana, apa
adanya. Bahkan dalam kesusahan sekalipun, mereka tetap saling menguatkan.

Sebuah kisah cinta yang luar biasa.

From: Sung Djuniati

Bedah Kanker Tanpa Pisau Dikenalkan di Singapura



Batam (ANTARA News) - Operasi tanpa pisau, pembiusan dan rasa nyeri untuk
membunuh sel/jaringan kanker, mulai diterapkan di Singapura.

Teknik terbaru itu dinamai Bedah Norvalis, menggunakan tembakan radiasi
ultra tinggi dengan ketepatan sub-milimeter sehingga tidak merusak jaringan
yang sehat dan pasien tidak perlu dibius karena tidak menimbulkan rasa
nyeri, demikian Radio Singapore International, dikutip di Batam, Minggu.

Kepala Departemen Bedah Saraf Institut Saraf Nasional Singapura, Prof Ivan
Ng, mengatakan, tembakan dengan radiasi ultra tinggi telah dapat digunakan
untuk mengatasi tumor/kanker yang sukar atau mustahil diangkat melalui
operasi biasa.

Dengan teknik terbaru, pelaksanaannya hanya sekitar 15 menit.

"Pasien dapat pulang pada hari yang sama karena tidak perlu menjalani
pembiusan," katanya.

Ia mengatakan sudah 14 pasien mengalami manfaat positif dari teknik yang
diterapkan sejak 1 Mei 2007.

Biayanya 6.000 hingga 19.000 dolar Singapura atau sekitar Rp34 juta sampai
dengan Rp107 juta per pasien. Tarif itu termasuk untuk biaya bedah radiasi,
pemindaian MRI dan konsultasi.

Kanker bagi warga Singapura merupakan salah satu penyakit paling mematikan.

Catatan Kementerian Kesehatan Singapura menyebutkan kanker merupakan
sepertiga dari penyebab kematian akibat penyakit, dan setiap tahun 8.000
orang dari 4,5 juta warga Singapura didiagnosa mengidap penyakit kanker.

Singapore Health Service(SingHealth) --kelompok usaha kesehatan
semipemerintah di Singapura--melakuka n berbagai proyek penelitian dan
pengembangan teknik pengobatan dan pencegahan kanker, di antaranya kini
bersama BrainLab menciptakan teknik terbaru bersistem penembakan radiasi
ultra tinggi. (*)

Thursday, June 19, 2008

CINTA TANPA SYARAT



“When two people love each other, nothing is more

imperative and delightful than giving” – Guy de
Maupassant-

Cinta berpijak pada perasaan sekaligus akal sehat.
Miskonsepsi pertama yang ditentang Bowman adalah
manusia jatuh cinta dengan menggunakan perasaan
belaka. Betul, kita jatuh cinta dengan hati. Tapi agar
tidak menimbulkan kekacauan di kemudian hari, kita
diharapkan untuk juga menggunakan akal sehat.

Bohong besar kalau kita bisa jatuh cinta dengan begitu
saja, tanpa bisa mengelak, yang sesungguhnya terjadi,
proses jatuh cinta dipengaruhi tradisi , kebiasaan,
standar, gagasan, dan deal kelompok dari mana kita
berasal.

Bohong besar pula kalau kita merasa boleh berbuat apa
saja saat jatuh cinta, dan tidak bisa diminta
pertanggungjawaban bila perbuatan-perbuatan impulsive
itu berakibat buruk suatu ketika nanti.

Kehilangan perspektif bukanlah pertanda kita jatuh
cinta, melainkan sinyal kebodohan. Cinta membutuhkan
proses, Bowman juga menolak anggapan cinta bisa beasal
dari pandangan pertama. “Cinta itu tumbuh dan
berkembang dan merupakan emosi yang kompleks,
“katanya.

Untuk tumbuh dan berkembang, cinta membutuhkan waktu.
Jadi memang tidak mungkin kita menicntai seseorang
yang tidak ketahuan asal-usulnya dengan begitu saja.

Cinta tidak pernah menyerang tiba-tiba, tidak juga
jatuh dari langit.
Cinta datang hanya ketika dua individu telah berhasil
melakukan orientasi ulang terhadap hidup dan
memutuskan untuk memilih orang lain sebagai titik
fokus baru. Yang mungkin terjadi dalam fenomena “cinta
pada pandangan pertama” adalah pasangan terserang
perasaan saling tertarik yang sangat kuat bahkan
sampai tergila-gila. Kemudian perasaan kompulsif itu
berkembang jadi cinta tanpa nemenpuh masa jeda. Dalam
kasus “cinta pada pandangan pertama”, banyak yang
tidak benar-benar mencintai pasangannya, melainkan
jatuh cinta pada konsep cinta itu sendiri. Sebaliknya
dengan orang yang benar-benar mencinta, mereka
mencintai pasangan sebagai personalitas yang utuh.

Cinta tidak menguasai dan mengalah, tapi berbagi.
Bukan cinta namanya bila kita berkehendak mengontrol
pasangan. Juga bukan cinta bila kita bersedia mengalah
demi kepuasan kekasih. Orang yang mencinta tidak
menganggap kekasih sebagai atasan atau bawahan, tapi
sebagai pasangan untuk berbagi, juga untuk
mengidentifikasikan diri. Bila kita berkeinginan
menguasai kekasih (membatasi pergaulannya, melarang
beraktivitas positif, mengatur selera busana, selalu
mengkritik semua kekurangannya) atau melulu mengalah
(tidak protes bila kekasih berbuat buruk, tidak
keberatan dinomorsekiankan) , berarti kita belum siap
memberi dan nerima cinta.

Cinta itu konstruktif.
Individu yang mencinta berbuat sebaik-baiknya demi
kepentingan sendiri sekaligus demi (kebanggaan)
pasangan. Dia berani berambisi, bermimpi konstruktif,
dan merencanakan masa depan. Sebaliknya dengan yang
jatuh cinta impulsif bukannnya berpikir dan bertindak
konstruktif namun dia kehilangan ambisi, nafsu makan,
dan minat terhadap masalah sehari-hari. Yang
dipikirkan hanya kesengsaraan pribadi. Impiannya pun
tak mungkin tercapai. Bahkan impian itu menjadi
subsitusi kenyataan.

Cinta tidak melenyapkan semua masalah.
Penganut faham romantic percaya cinta bisa mengatasi
masalah. Seakan-akan cinta itu obat bagi segala
penyakit (panacea). Kemiskinan dan banyak problem lain
diyakini bisa diatasi dengan berbekal cinta belaka.
Faktanya, cinta tidaklah seajaib itu. Cinta hanya bisa
membuat sepasang keksaih berani menghadapi masalah.
Permasalah seberat apapun mungkin didekati dengan
jernih agar bisa dicarikan jalan keluar. Orang yang
tengah mabuk kepayang berarti tidak benar-benar
mencinta cenderung membutakan mata saat tercegat
masalah. Alih-alih bertindak dengan akal sehat, dia
mengenyampingkan problem.

Cinta cenderung konstan.
Ya, cinta itu bergerak konstan. Maka kita patut curiga
bila grafik perasaan kita pada kekasih turun naik
sangat tajam. Kalau saat jauh kita merasa kekasih
lebih hebat dibandingkan saat bersama, itu pertanda
kita mengidealisasikanny a, bukan mehhatnya secara
realistis. Lantas saat kembali bersama, kita memandang
kekasih dengan lebih kritis dan hilanglah segala
bayangan hebat itu. Sebaliknya berhati-hatilah bila
kita merasa kekasih hebat saat kita berdekatan
dengannya dan tidak lagi merasakan hal yang sama saat
dia jauh. Hal sedemikian menandakan kita terkecoh oleh
daya tarik fisik.
Cinta terhitung sehat bila saat dekat dan jauh dari
pasangan, kita menyukainya dalam kadar sebanding.

Cinta tidak bertumpu pada daya tarik fisik.
Dalam hubungan cinta, daya tarik fisik memang penting.
Tapi bahaya bila kita menyukai kekasih hanya sebatas
fisik dan membencinya untuk banyak faktor lainnya.
Saat jatuh cinta, kita menikmati dan memberi makna
penting bagi setiap kontak fisik. Kontak fisik,
ketahuilah, hanya terasa menyenangkan bila kita dan
pasangan saling menyukai. Personalitas masing-masing.
Maka bukan cinta namanya, melainkan nafsu, bila kita
menganggap kontak fisik hanya memberi sensasi
menyenangkan tanpa makna apa-apa. Dalam cinta, afeksi
terwujud belakangan saat hubungan kian dalam. Sedang
nafsu menuntut pemuasan fisik sedari permulaan.

Cinta tidak buta, tapi menerima.
Cinta itu buta? Tidak sama sekali. Orang yang mencinta
melihat dan meyadari sisi buruk kekasih. Karena
besarnya cinta, dia berusaha menerima dan mentolerir.
Tentu ada keinginan agar sisi buruk itu membaik. Namun
keinginan itu haruslah didasari perhatian dan maksud
baik. Tidak boleh ada kritik kasar, penolakan,
kegeraman, atau rasa jijik. Nafsulah yang buta. Meski
pasangan sangat buruk, orang yang menjalin hubungan
dengan penuh nafsu menerima tanpa keinginan untuk
memperbaiki. Juga meninggalkan pasangan saat
keinginannya terpuaskan, hanya karena pasangan punya
secuil keuburukan yang sangat mungkin diperbaiki.

Cinta memperhatikan kelanjutan hubungan.
Orang yang benar-benar mencinta memperhatikan
perkembangan hubungan dengan kekasih. Dia menghindari
segala hal yang mungkin merusak hubungan. Sebisa
mungkin dia melakukan tindakan yang bisa memperkuat,
mempertahankan, dan memajukan hubungan. Orang yang
sedang tergila-gila mungkin saja berusaha keras
menyenangkan kekasih. Nanum usaha itu semata-mata
dilakukan agar kekasih menerimanya, sehingga
tercapailah kepuasan yang diincar. Orang yang mencinta
menyenangkan pasangan untuk memperkuat hubungan.

Cinta berani melakukan hal menyakitkan.
Selain berusaha menyenangkan kekasih, orang yang
sungguh-sungguh mencinta memiliki perhatian,
keprihatinan, pengertian, dan keberanian untuk
melakukan hal yang tidak disukai kekasih demi
kebaikan. Seperti ibu yang berkata “tidak” saat
anaknya meminta es krim, padahal sedang flu.

Begitulah kita semua harus bersikap pada pasangan.

BONA LIONG

TUHAN TIDAK PINTAR MATEMATIKA



Dari pengamatan saya terhadap keseharian yang saya temui, saya dapat
menyimpulkan satu hal: Tuhan memang serba bisa, tapi Dia tidak pintar
matematika. Kesimpulan ini bukan tanpa dasar lho. Banyak bukti empiris yang
mendukung kesimpulan saya ini.
Sebagai seorang "fresh graduate", saya tak mungkin mengharapkan penghasilan
tinggi dalam waktu sekejap. Terlebih karena saya memegang prinsip bahwa hal
yang terpenting dalam bekerja adalah kepuasan hati. Saya lebih memilih
pekerjaan yang mungkin tak segemerlap pekerjaan yang dipilih teman-teman
seangkatan saya, tapi mampu "memuaskan" idealisme saya.

Saya memang sangat mencintai dan menikmati pekerjaan saya saat ini. Tapi
saat saya berbincang dengan seorang teman yang bekerja di ibukota, ia mulai
membandingkan penghasilan kami (dari sisi finansial tentunya). Jelas saja
saya kalah telak darinya.

Saya sempat jengkel sebentar. Bagaimana tidak. Selama bermahasiswa,
sepertinya prestasi kami sejajar, bahkan saya lebih dahulu lulus ketimbang
dia. Tapi kenapa Tuhan tidak menitipkan rejeki yang sama besarnya dengan
yang dititipkan pada teman saya ini?

Tapi, begitu saya merenungkan kembali segala kebaikan Tuhan saya menemukan
satu hal yang luar biasa. Ternyata penghasilan saya yang tak seberapa itu
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya, bahkan untuk mengirim adik
ke bangku kuliah. Padahal logikanya pengeluaran saya per bulannya bisa
sampai dua kali lipat penghasilan saya. Lalu darimana sisa uang yang saya
dapat untuk menutupi kesemuanya itu? wah, ya dari berbagai sumber. Tapi
saya percaya tanpa campur tangan-Nya, itu semua tidak mungkin. Nah, ini
salah satu alasan mengapa Tuhan tidak pintar matematika. Lha wong
seharusnya neraca saya sudah njomplang kok masih bisa terus hidup.

Bukti kedua adalah kesaksian seorang teman. Ia mengaku kalau semenjak
lajang, penghasilannya tidak jauh berbeda dengan sekarang. Anehnya, pada
saat ia masih membujang, penghasilannya selalu pas. Maksudnya, pas akhir
bulan pas uangnya habis. Anehnya, begitu ia berkeluarga dan memiliki anak,
dengan penghasilan yang relatif sama, ia masih bisa menyisihkan uang untuk
menabung.

Aneh bukan? Berarti kalau bagi manusia 1 juta dibagi satu sama dengan 1
juta dan 1 juta dibagi dua sama dengan 500 ribu, tidak demikian bagi Tuhan.
Dari kesaksian teman saya, satu juta dibagi 3 sama dengan satu juta dan
masih sisa. Betul kan bahwa Tuhan itu tidak pintar matematika?

Ah, saya cuma bercanda kok. Buat saya, kalau dilihat dari logika manusia
Dia memang tidak pintar matematika. Mungkin murid saya yang kelas 2 SD
lebih pintar dari Dia. Tapi satu hal yang harus digarisbawahi: MATEMATIKA
TUHAN BEDA DENGAN MATEMATIKA MANUSIA. Saya tidak tahu dan mungkin tidak
akan pernah sanggup mengetahui persamaan apa yang digunakan Tuhan. Tapi
kalau boleh saya menggambarkan, ya kira-kira demikian:

X= Y
dimana
X = pemberian Tuhan
Y = kebutuhan

Ya, Tuhan selalu mencukupkan apapun kebutuhan kita. Tanpa kita minta pun,
Dia sudah "menghitung" kebutuhan kita dan menyediakan semua lewat
jalan-jalan- Nya yang terkadang begitu ajaib dan tak terduga.

Menyadari hal itu, saya bisa menanggapi cerita teman-teman yang "sukses"
dengan penghasilan tinggi di luar kota dengan senyum manis. Soal
penghasilan Tuhan yang mengatur. Untuk apa saya memusingkan diri dengan
berbagai kekhawatiran sementara Dia telah menghidangkan rejeki di hadapan
saya. Yang perlu saya lakukan hanyalah melakukan bagian saya yang tak
seberapa ini sebaik mungkin, dan Ia yang akan mencukupkan segala kebutuhan
saya.

MANA YANG LEBIH DULU ?



Suatu siang di masa lalu, saat aku tengah berlibur dirumah kakek, aku menghampiri beliau yg sedang melukis di atas kanvas.

"Apa yg kakek dapat dari melukis?"

Kakek berbalik & menatapku, lalu mengambil satu kanvas kosong berukuran kecil.

"Katakan apa yg ingin kau gambar?"


Aku berpikir sejenak.

"Sekuntum bunga."

Kakek mengambil pensil & mulai membuat sketsa.
Sekuntum bunga.

"Nah, berikanlah warna."

Aku mengambil kuas & palet kakek, lalu mulai mewarnai. Pertama kelopaknya, lalu tangkai, daun & terakhir aku memberi warna latar belakangnya.

"Sudah selesai." kataku bangga sambil melihat-lihat hasil karyaku.

"Bagaimana hasilnya menurutmu?" tanya kakek.

"Bagus."

"Kurang rapi pada tepi gambar bunga." kata kakek.

"Itu karena sulit mewarnai latar belakang dgn tepat tanpa menyentuh gambar bunganya." kilahku.

Kakek tersenyum.

"Apa yg kau dapat?"

Aku melihat padanya. Apa yg kudapat?


"Tentu saja sebuah lukisan gambar bunga." jawabku.

"Kau memusatkan perhatianmu pada bunga, menganggapnya yg terpenting, kemudian memilih melakukan hal-hal tidak penting - seperti memberi latar belakang -
setelahnya. Jika kau membalik sudut pandangmu, dgn memberi warna latar dulu baru mewarnai bunganya, maka cat tepian bungamu tidak akan rusak seperti sekarang."

"Seringkali dalam hidup kita terlalu memusatkan diri pada hal-hal yg kita anggap penting & mengabaikan yg lainnya. Padahal untuk menjadikan hal yg kita anggap penting ini berjalan sempurna, perlu hal-hal sepele yg harus dilakukan lebih dahulu dgn perhatian yg sama baiknya."

Ada banyak pelukis hebat yg memilih menyelesaikan objek utamanya baru mengurus latarnya, aku tahu.

Namun pelajaran yg kudapat hari itu bukanlah tentang mana yg seharusnya lebih dulu - mewarnai objek utama atau mewarnai latarnya.


Yg kudapat adalah, bagaimana menentukan prioritas dalam hidup kita.

Seorang pelari atletik memandang pita garis finish sebagai tujuan besar dalam hidupnya. Namun ada hal lain seperti sepatu yg nyaman, dgn tali yg terikat sempurna yg harus dikerjakan lebih dulu agar dia bisa berlari di lintasannya.

"Untuk menjadikan hal yg kita anggap penting ini berjalan sempurna, perlu hal-hal sepele yg harus dilakukan lebih dahulu dgn perhatian yg sama baiknya." .

BUTTERFLY



A man found a cocoon of a butterfly. One day a small opening appeared. He sat and watched the butterfly for several hours as it struggled to force its body through that little hole. Then it seemed to stop making any progress. It appeared as if it had gotten as far as it could, and it could go no further.
So the man decided to help the butterfly. He took a pair of scissors and snipped off the remaining bit of the cocoon.
The butterfly then emerged easily. But it had a swollen body and small, shriveled wings.
The man continued to watch the butterfly because he expected that, at any moment, the wings would enlarge and expand to be able to support the body, which would contract in time.
Neither happened! In fact, the butterfly spent the rest of its life crawling around with a swollen body and shriveled wings. It never was able to fly.
What the man, in his kindness and haste, did not understand was that the restricting cocoon and the struggle required for the butterfly to get through the tiny opening were God's way of forcing fluid from the body of the butterfly into its wings so that it would be ready for flight once it achieved its freedom from the cocoon.
Sometimes struggles are exactly what we need in our lives. If God allowed us to go through our lives without any obstacles, it would cripple us.
We would not be as strong as what we could have been. We could never fly!
I asked for Strength.... .....
And God gave me Difficulties to make me strong.
I asked for Wisdom...... ...
And God gave me Problems to solve.
I asked for Prosperity.. .......
And God gave me Brain and Brawn to work.
I asked for Courage..... ....
And God gave me Danger to overcome.
I asked for Love........ .
And God gave me Troubled people to help.
I asked for Favors...... ...
And God gave me Opportunities.
I received nothing I wanted ........
I received everything I needed!

Trust in God. Always !

Serba - Serbi Falsafah Orang JAWA


oleh : Mas Wigrantoro Roes Setiyadi

Mas Wibowo Brojonegoro, mantan Boss saya di ARCO menulis di milist tentang filosofi orang Jawa "Mikul duwur, mendem jero". Mikul artinya memikul atau memanggul atau mengangkat, misalnya kalau kita melayat orang meninggal maka peti mati akan diangkat oleh beberapa orang untuk dibawa kekuburan atau dimasukkan ke mobil janasah. Kebiasaan orang Jawa sebelum dimakamkan biasanya anggota keluarganya berjalan melalui bawah peti jenazah tadi tiga kali. Pada saat itulah peti mati tadi dipikul oleh beberapa orang, nah kalau orang2 yang memikul tersebut tinggi2, maka keluarga yang lewat bawah peti jenazah tadi gampang melewatinya. Itulah arti riel dari "Mikul Duwur". (Duwur artinya : Tinggi). Nah orang Jawa percaya juga bahwa lebih dalam kita menggali kubur; lebih baik. Itulah arti riel dari " Mendem Jero" atau memakamkan yang dalam.
Seperti sudah diduga, orang Jawa suka "sanepo" atau mengkiaskan, jadi inti yang lebih dalam dari "Mikul Duwur dan mendem Jero" adalah mengartikan kiasannya.

Mas Wibowo selanjutnya menyampaikan, kalau ada keluarga yang sederhana, misalnya seperti ayah beliau almarhum yang hanya lulus STM jaman Belanda dan seorang pemilik bengkel AC/ Kulkas di Jogya, kemudian apabila anak-anaknya menjadi orang-orang yang berhasil atau berpendidikan lebih tinggi, tidak melakukan kejahatan-kejahatan yang memalukan, maka orang Jawa akan bilang " Wah memang putra2nya Pak Sarwanto ( ayah beliau), benar-benar bisa “Mikul Duwur" yang maksudnya adalah berhasil "mengangkat derajat" orang tuanya, meskipun orang tua beliau tersebut telah meninggal dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Jadi, menurut Mas Wibowo, kita diharapkan tidak hanya mengangkat tinggi peti mati orang tua kita (arti riel-nya) namun yang lebih penting adalah "mengangkat derajat" orang tua kita meskipun beliau telah wafat (arti "sanepo" nya).

Nah "mendem jero" tak straight forward seperti mikul duwur. Disini diartikan untuk mengubur dalam-dalam atau melupakan kekurangan orang tua kita. Bagaiman ini bisa dilaksanakan? Sudah pasti diharapkan kita menutupi kekurangan orang tua-tua kita (inilah yang sering diperdebatkan, apakah ini baik atau buruk) . Kalau mereka pemabuk, maka kita tak boleh menceritakan kemana-mana, atau kalau orang tua kita masuk penjara maka hal mana kalau bisa disembunyikan. Mas Wibowo menceritakan, Eyang-eyang beliau mengajarkan: Yang penting kamu belajar yang baik, bertabiat yang baik, berkarya yang baik, jangan berbuat buruk, maka kamu akan sekaligus "mikul duwur dan mendem jero".

Kenapa begitu? memang begitulah adanya. Marilah kita ambil contoh : ada seorang anak tukang ojek yang pemabuk, namun anak tersebut berhasil menjadi pemain bola yang terkenal, maka dalam tulisan di koran-koran orang tak perduli apakah orang tuanya tukang ojek atau apa karena mereka terpaku oleh prestasi anaknya, dalam wawancara orang tua tersebut disanjung-sanjung dan hal dia pemabuk dan lain – lain sudah dilupakan orang, nah itulah contoh dari "mendem jero", kejelekan orang-oran tua kita sudah tak ada lagi, sudah dilupakan orang, karena prestasi kita.

Kalau Mas Wibowo mengingatkan kita dengan "Mikul Duwur Mendem Jero" sejatinya masih banyak lagi falsafah jawa lainnya yang layak dijadikan referensi dalam sikap hidup kita. Di kalangan "bawah" ada falsafah "mangan or mangan sing penting kumpul" ini falsafah yang mencerminkan rasa kekeluargaan, kebersaman dalam suka dan duka. Di sisi lain, falsafah ini juga punya sis negatif, menjadikan orang kurang bersemangat untuk meninggalkan lingkungan hidupnya yang bisa jadi sudah tidak dapat mendukung kesejahteraan. Namun karena semangat mangan ora mangan asal kumpul, walhasil, peluang yang lebih bagus di luar sana ditinggalkan demi untuk kebersamaan dengan komunitasnya.

Ada lagi ajaran Ki Ageng Suryo Mentaram "mulur-mungkret" alias mengembang - mengempis. dalam interaksi antar-individu para pihak perlu mulur-mungkret, jika yang satu sedang mulur (ekspansif, marah, bergelora), maka partenr satunya perlu mengimbangi dengan mungrkret (memberi kesempatan kepada yang sedang mulur), contohnya suami istri yang sedang marah< kalau dua-duanya marah, maka rumah tangga bubar. jadi mesti gantian, saling mengisi. Ki Ageng mencontohkan karet gelang, kalau ujung yang satu ditarik, ujung lainnya suoaya mengikuti, maka suasana menjadi ayem, tetapi kalau kedua ujungnya ditarik, maka hubungan menjadi tegang sampai batas kekuatan karet tersebut hingga putus. Yang lain, "yen mangan di-entek-ne, nek ora entek mengo ayame mati" (kalau makan mesti dihabiskan, jika tidak habis, ayam akan mati). dulu setiap mendengar "perintah" ini selalau bertanya, apa hubungannya antara makan tidak habis dengan ayam mati. setelah direnungkan, ternyata, makanan yang disajikan merupakan hasil olahan, sudah banyak tangan - tangan yang terlibat (Adam Smith: Invisible hands) untuk membawa nasi, lauk ke meja makan. bayangkan saja, nasi dihasilkan dari beras yang ditanam petani, dimasak pakai kompor gas yang gasnya dihasilkan oleh para pekerja di lapangan pengeboran lepas pantai, ikan ditangkap oleh nelayan di laut, dibawa ke pelabuhan, didagangkan, jalan ke sana - kemari sampai akhirnya "duduk" di meja makan, demikian juga yang lainnnya, artinya untuk sepiring nasi di meja saja, sebetulnya sudah memerlukan campur tangan puluhan bahkan ratusan orang (yang kita tidak bisa melihat keterlibatan mereka). Nah, menghabiskan makanan itu merupakan rasa syukur karena sudah memperoleh sajian berkat keterlibatan orang banyak. lha jika tidak dihabiskan, in sama saja tidak menghormati yang masak, tidak menghargai siapapun (orang tua) yang mencari rejeki untuk ditukar dengan makanan tersebut, dan seterusnya. Artinya makanan yang tidak habis akan menjadi sampah yang "mematikan" rasa penghormatan kepada mereka yang teah berjasa kepada kita. Ada lagi, "ojo mentheng kelek, ing ngarepe wong tuwo" (jangan berkacak pinggang di depan orang tua). berkacak pinggang bagi budaya jawa sama saja dengan bahasa tubuh (gesture) berkuasa, lha padahal adanya kita karena orang tua, lha kok mau "berkuasa" kepada orang tua, bisa kualat. selain itu, mentheng kelek juga berpotensi menimbulkan negative externalities, yakni menyebarkan bau badan via ketiak yang lembab, ih amit-amit banuya dech,... Yang juga perlu disimak, "den becik-ana musuhmu" (berbuatlah baik kepada siapapun, termasuk kepada orang yang tidak suka kepadamu), ini nasehat Mas Timbul Mangunhodoyo (kakek saya dari pihak Ibu) agar kami selalu berusaha berbuat baik kepada siapa saja, meski kepada orang yang tidak suka kepada kita. Tujuannya? apa lagi kalau tidak untuk menambah persahabatan. Dan yang tidak pernah lupa "ojo dumeh" (jangan mentang-mentang) . mentang - mentang lagi jadi supervisor, penguasa gayanya sok berkuasa. Orang yang mentang-mentang biasanya tidak langgeng kedudukannya. Akan banyak orang lain yang tidak suka padanya, kalaupun “hormat” hanyalah semu. Seringkali orang yang dumeh membuat sakit hati orang lain karena meremehkan, atau bahkan menghina orang lain. Jadi, meskipun keliatannya banyak yang dekat kepadanya tetapi ketika sudah tidak berkuasa, ketika sudah tidak lagi menjadi supervisor, superintendent, manager, vice president, bahkan president, maka asetnya hanya dirinya sendiri. orang-orang yang dulu manthuk-manthuk sekarang mau nengok saja segan, kalaupun negur sekedar basa-basi. Selain dari beberapa falsafah atau bagaimana orang jawa berpikir, bertindak dan berinterkasi ada satu lagi kebiasaan orang Jawa yang melihat bobot, bibit dan bebet, ketika mengevaluasi seseorang yang akan menjadi anggota keluarga besarnya. Pertanyaan mengenai 3B ini diajukan oleh Mas Yanto Sentosa (mantan Boss lainnya di ARCO). Menjawab pertanyaan Mas Yanto, Mas Setoadi (yang ahli telekomuikasi) mengutip sebuah tulisan sebagai berikut. Bobot Bibit Bebed merupakan istilah untuk melakukan seleksi awal 
dalam memilih pasangan yang berkualitas. Bobot diartikan dengan 
berbobot atau bermutu. Dari kemampuan berpikir, cara mengolah emosi 
dan prestasi yang dihasilkan, seseorang akan menunjukan seberapa 
tinggi kemampuannya serta seberapa besar bobotnya. Bibit `benih' 
keturunan. Di mana ia dilahirkan? Siapa orang tuanya? Dari lingkungan 
sosial dan keluarga yang baik-baik, biasanya akan melahirkan 
keturunan yang baik pula. Bebed – bebedan, cara berpakaian atau 
penampilan. Bebed menunjukan cara sesorang membawa diri, bergaul dan 
bertingkah laku. Idealnya, ketiga hal tersebut baik adanya. Menambahi informasi dari Mas Seto, saya berpendapat bahwa Bobot, untuk mengetahui general intellectual capacity. Bukan untuk meneliti apakah gelar akademik-nya sah atau palsu, tetapi lebih pada melihat ada atau tidaknya kemampuan atau kecerdasan emosi, kemampuan membangun relasi, sifat kepemimpinan, spiritual, dan sejenisnya, yang semuanya menjadi syarat cukup bagi suksesnya rumah tangga. Banyak orang sekolahnya tinggi tetapi kalau lagi marah suka nggaplok anak-istrinya. Atau, meski sudah punya jabatan tinggi tetapi masih suka menipu diri sendiri, keluarga dan orang lain. Bibit, untuk mencari tahu the quality of genetical heritage. Dulu, banyak yang membedakan apakah calon mantu (cantu) tergolong "trahing kusumo rembesing madu" atau berasal dari "pidhak pidarakan". Kala itu, masyarakat yakin bila cantu berasal dari golongan priyayi, maka dianggap lebih beradab, ngerti tata krama, seni dan budaya kraton yang adiluhung. Sebaliknya jika berasal dari kaum kebanyakan, dianggap tidak punya "social value" yang tinggi karena kurang paham tata cara kelompok sosial yang lebih beradab. Kalau di kalangan masyarakat Hindu-India ada kasta, di banyak masyarakat yang dipimpin raja ada kelas sosial, ningrat (yang pada umumnya feodal), saudagar (kelompok pedagang, borguis), priyayi (kelompok pegawai tata praja, guru, birokrat), dan rakyat biasa. Dalam kontek sekarang, bibit berorientasi lebih pada apakah seseorang memilki penyakit fisik bawaan (generative) yang dapat menganggu kualitas hidup setelah berumah tangga. Jadi, sekarang bergeser pada kesehatan dari pada asal-usul. (Saya ingat seloroh Pak Edi Sularso – sahabat di ARCO, waktu masih sama-sama di Ardjuna Sakti, manusia itu asalnya dari Ibu, usulnya dari Bapak). Saya pernah baca sebuah artikel yang bilang bahwa bayi lahir dengan cacat/kelainan bawaan sebetulnya bisa dideteksi dari ayah-ibunya. Bebet(d), untuk melihat future potential, berkaitan dengan wealth, asset atau capital yang akan diperlukan dalam membangun rumah tangga. Dalam konstelasi dunia yang semakin materialis, bebed telah menggeser posisi bibit yang di masa lalu menjadi pertimbangan utama dalam menyeleksi calon anggota keluarga. Kurang lebih argumentasinya, biar bibitnya ada masalah, meskipun bobotnya pas-pasan, asal ada bebed, segala kekurangan bisa dicari solusinya. Bebed menjadi kompensasi dari nilai kurang pada bobot dan bibit. Remaja Singapore bilang: "no matter who you are, as long as you have 5C, I will no refuse to marry you" (5C = car, credit card, condo, capital/saham perusahaan/tabungan , dan career/jabatan tinggi di perusahaan). Bobit, bibit, dan bebed, menurut saya masih perlu ditambah dengan dengan Babad. Babad untuk melihat track record, individual achievement, atau reputasi. Seperti untuk menguji apakah benar masih perjaka, duda, atau masih punya istri sah. Atau, pernah dikurung oleh KPK, atau bersih,sih, sih. Rupanya, meski sudah dicoba dicarikan benang merah atas falsafah jawa dan ilmu sosiologi modern, masih saja dianggap sebagai “Ilmu....gathuuk. .... dasar wong Jowo....katrok. ..” demikian sentuhan dari sahabat senior Mas Bambang Kanti Laras (BKL) sambil melempar senyum khasnya. Menanggapi lontaran Mas BKL saya membenarkan pendapat beliau sembari menyatakan semua ilmu dunia itu sejatinya merupakan hasi dari Ilmu Gathuk yang berasal dari rasa penasaran dan silanjutkan dengan eksplorasi sehingga menemukan ilmu – ilmu hebat yang sudah kita rasakan manfaatnya sekarang, tak terkecuali Ilmu Kejawen. Mencoba meyakinkan, mari kita lihat, misalnya instrumentasi apakah itu tidak gothak-gathuk antara input process, output, fedback/fedforward? Bukankah esensi dasar instrumentasi memfasilitasi dan mengendalikan - interaksi (bhs jawa: gothak- gathuk) semua elemen proses? Ilmu politik? Sama saja, mempelajari gothak-gathuk- nya manusia yang pada berusaha meraih kekuasaan. Nah sebagai penutup, ada falsafah lain diingatkan oleh sahabat say aCak Troiyanti, yang perlu menjadi perhatian kita semua, tidak peduli Jawa, Sunda, Ambon, Inggris. Celtic, atau Han. Cak Tri dalam bahasa Jawa menyatakan “Menawi ngendikanipun piyantun jawi meniko mboten ilok ngendiko awon maring
pepodo kedah andap asor lan tansah nyepeng paugeran inggih meniko toto
kromo,nuwun.” Atau dalam bahasa Indonesai kurang lebih “dalam berkomunikasi dengan siapapun sebaiknya penuh hormat dan sopan santun, memegang tata krama yang berlaku.”****

--dicopy-paste dari : http://maswig. blogspot. com/2007/ 11/serba- serbi-falsafah- hidup-orang- jawa.html

Tikus & Tukang Sihir


Seekor tikus yang hidup di sebuah hutan belantara merasa hidupnya sangat
tertekan karena takut pada kucing. Ia lalu menemui seorang penyihir sakti
untuk meminta tolong. Penyihir memenuhi keinginannya dan mengubah si tikus
menjadi seekor kucing. Namun setelah menjadi kucing, kini ia begitu
ketakutan pada anjing. Kembali ia menemui penyihir sakti yang kemudian
mengubahnya menjadi seekor anjing. Tak lama setelah menjadi anjing,
sekarang ia merasa ketakutan pada singa.

Sekali lagi si penyihir sakti memenuhi keinginannya dan mengubahnya menjadi
seekor singa. Apa yang terjadi? Kini ia sangat ketakutan pada pemburu. Ia
mendatangi lagi si penyihir sakti meminta agar diubah menjadi pemburu.

Kali ini si penyihir sakti menolak keinginan itu dan berkata, "Selama kau
masih berhati tikus, tak peduli seperti apapun bentukmu, kamu tetaplah
seekor tikus yang pengecut!"

Ya..! Kita adalah apa yang ada di dalam pikiran, hati & jiwa kita. Bentuk
luar, tingkah laku dan lain-lain hanyalah kemasan yang menyembunyikan
'jati-diri' seseorang yang sesungguhnya.

Sumber : Erwin Kurniawan

Belajar dari Kehidupan Elang



Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai
umur paling panjang didunia. Umurnya dapat
mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur
sepanjang itu seekor elang harus membuat
suatu keputusan yang sangat berat pada
umurnya yang ke 40.

Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai
menua, paruhnya menjadi panjang dan
membengkok hingga hampir menyentuh dadanya.
Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya
telah tumbuh lebat dan tebal,sehingga sangat
menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu,
elang hanya mempunyai dua pilihan: Menunggu
kematian, atau Mengalami suatu proses
transformasi yang sangat menyakitkan - suatu
proses transformasi yang panjang selama 150
hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus
berusaha keras terbang keatas puncak gunung
untuk kemudian membuat sarang ditepi jurang ,
berhenti dan tinggal disana selama proses
transformasi berlangsung.

Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya
pada batu karang sampai paruh tersebut
terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam
beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru.
Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus
mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan
ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan
mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu
proses yang panjang dan menyakitkan. Lima
bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru
sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang
kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang
tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan
barunya dengan penuh energi!

Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga
harus melakukan suatu keputusan yang sangat
berat untuk memulai sesuatu proses
pembaharuan. Kita harus berani dan mau
membuang semua kebiasaan lama yang mengikat,
meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu
yang menyenangkan dan melenakan.

Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku
lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi
menggapai tujuan yang lebih baik di masa
depan. Hanya bila kita bersedia melepaskan
beban lama, membuka diri untuk belajar hal-
hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan kita yang
terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap
masa depan dengan penuh keyakinan.

Halangan terbesar untuk berubah terletak di
dalam diri sendiri dan andalah sang penguasa
atas diri anda. Jangan biarkan masa lalu
menumpulkan asa dan melayukan semangat kita.
Anda adalah elang-elang itu.

Perubahan pasti terjadi. Maka itu, kita harus
berubah! Menjadi lebih baik klo bisa

Sumber : dari seorang teman

Why should the wedding ring be worn on the fourth finger?


There is a beautiful and convincing explanation given by the Chinese
Legend...

Thumb represents your Parents
Second (Index) finger represents your Siblings
Middle finger represents your-Self
Fourth (Ring) finger represents your Life Partner
& the Last (Little) finger represents your children

Firstly, open your palms (face to face), bend the middle fingers and hold
them together - back to back
Secondly, open and hold the remaining three fingers and the thumb - tip to
tip
(As shown in the figure below):
[IMAGE]
Now, try to separate your thumbs (representing the parents)..., they will
open, because your parents are not destined
to live with you lifelong, and have to leave you sooner or later.
Please join your thumbs as before and separate your Index fingers
(representing siblings)... ., they will also open,
because your brothers and sisters will have their own families and will
have to lead their own separate lives.

Now join the Index fingers and separate your Little fingers (representing
your children)... ., they will open too,
because the children also will get married and settle down on their own
some day.

Finally, join your Little fingers, and try to separate your Ring fingers
(representing your spouse).
You will be surprised to see that you just CANNOT....., because Husband &
Wife have to remain together all their lives -
through thick and thin!!

FIVE SIMPLE RULES TO BE HAPPY


Lima peraturan sederhana untuk hidup bahagia.

Remember the five simple rules to be happy:
Ingatlah lima peraturan sederhana ini untuk hidup bahagia.

1.
Free your heart from hate
Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Free your mind from worries
Bebaskan pikiranmu dari kesusahan.
3.
Live Simply
Hiduplah secara sederhana.
4.
Give More
Berilah lebih.
5.
Expect Less
Kurangilah harapan.

No one can go back and make a brand new start.
Tiada seorangpun yang bisa kembali dan mulai baru dari awal.

Anyone can start from now and make a brand new ending.
Setiap orang dapat mulai saat ini dan melakukan akhir yang baru.

God didn't promise days without pain, laughter without sorrow,
sun without rain, but He did promise strength for the day,
comfort for the tears, and light for the way.

Tuhan tidak menjanjikan hari2 tanpa sakit, tertawa tanpa kesedihan,
matahari tanpa hujan, tetapi Dia menjanjikan kekuatan untuk hari itu,
kebahagiaan untuk air mata, dan terang dalam perjalanan.


Disappointments are like road humps, they slow you down a bit but you
enjoy the smooth road afterwards.

Kekecewaan bagai "polisi tidur", ini akan memperlambatmu sedikit
tetapi kau selanjutnya akan menikmati jalan rata.


Don't stay on the humps too long. Move on!
Jangan tinggal terlalu lama saat ada "polisi tidur". Berjalanlah terus !

When you fe el down because you didn't get what you want,
just sit tight and be happy, because God is thinking of something better
to give you.

Ketika kau kecewa karena tidak memperoleh apa yang kaukehendaki,
terimalah dan bergembiralah, karena Tuhan sedang memikirkan sesuatu yang
lebih baik untuk dirimu.


When something happens to you, good or bad, consider what it means....
Saat terjadi sesuatu padamu, baik atau buruk, pertimbangkanlah artinya..

There's a purpose to life's events, to teach you how to laugh more or not
to cry too hard.

Ada suatu maksud untuk setiap kejadian dalam kehidupan,
mengajarmu bagaimana lebih seringkali tertawa atau tidak terlalu keras menangis.


You can't make someone love you,
all you can do is be someone who can be loved,
the rest is up to the person to realise your worth.

Kau tidak dapat memaksa seseorang mencintaimu,
apa yang dapat kau perbuat hanyalah membiarkan dirimu untuk dicintai,
selebihnya ada pada orang itu untuk menilai dirimu.


The measure of love is when you love without measure.
Ukuran cinta adalah saat kau mencintai tanpa batas.

In life there are very rare chances
that you'll meet the person you love and loves you in return.

Dalam kehidupan jarang akan kautemui seseorang
yang kaucintai dan orang itu mencintaimu juga.


So once you have it don't ever let go,
the chance might never come your way again.

Jadi sekali kau memperoleh cinta jangan lepaskan,
ada kemungkinan cinta itu tidak datang kembali.


It's better to lose your pride to the one you love,
than to lose the one you love because of pride.

Lebih baik kehilangan harga dirimu kepada orang yang mencintaimu,
daripada kehilangan orang yang kaucintai karena harga dirimu.


We spend too much time looking for the right person to love
or finding fault with those we already love,
when instead we should be perfecting the love we give.

Kita terlalu mem-buang2 waktu untuk men-cari2 orang yang sesuai untuk
dicintai atau melihat kesalahan2 pada orang yang telah kita cintai,
dari pada malah seharusnya kita menyempurnakan cinta yang kita berikan.


When you truly care for someone,
you don't look for faults,
you don't look for answers,
you don't look for mistakes.

Jika kau sungguh2 peduli pada seseorang,
janganlah kau men-cari2kekurangan 2nya
kau jangan men-cari2 alasan,
kau jangan men-cari2 kesalahan2nya.


Instead,
you fight the mistakes,
you accept the faults,
and you overlook the excuses.

Malahan,
kau atasi kesalahan2 itu,
kau terima kekurangan2 itu
dan jangan kau hiraukan alasan2 itu.


Never abandon an old friend
you will never find one who can take his place

Jangan pernah meninggalkan rekan lama.
Kau tidak akan pernah mendapat penggantinya.


Friendship is like wine, it gets better as it grows older.
Persahabatan adalah bagai anggur, tambah lama akan tambah baik.